Bencana Chrenobyl & Prospek Nuklir di Indonesia

"Bencana Chernobyl", kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl, atau hanya "Chernobyl", adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Pada tanggal 26 April 1986 pukul 01:23:40 pagi (UTC+3), reaktor nomor empat di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang terletak di Uni Soviet di dekat Pripyat di Ukraina meledak. Akibatnya, kebakaran dan radioaktif menyebar. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari kota ini.




Teknologi nuklir dimanfaatkan dari reaksi inti (nuclear) atom radioaktif yang dikendalikan. Zat radioaktif ini juga dalam dosis tertentu bisa digunakan dalam bidang kedokteran, irigasi, proses biologi dan kimia, pemuliaan tanaman, dan mencari kebocoran pada logam. Sedangkan pada pembangkit listrik tenaga nuklir, digunakan reaksi fisi (pemecahan) inti berantai atom uranium dengan penembakan partikel neutron termal yang dikendalikan oleh sistem yang terdiri dari moderator, bahan bakar, reflektor, pendingin (gas cair), batang kendali (menyerap neutron untuk mengatur reaksi fisi), dan perisai (mencegah reaksi fisi yang berbahaya).


Kontra PLTN

Kondisi Indonesia secara ekologis begitu memprihatinkan. Apalagi paska Pemerintah memutuskan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Muria. Ongkosnya begitu mahal dan membahayakan lingkungan.

Menurut Einstein, teknologi nuklir itu kotor dan penuh resiko kebocoran. Selain itu kendati terbelit utang kenapa masih "jor-joran". Ironisnya ekses negatifnya selalu ditimpakan ke pundak rakyat kecil.

Di banyak negara maju seperti Perancis, Jerman, USA, dan Jepang kebijakan energi nuklir justru dihentikan dan diganti dengan energi yang lebih ramah lingkungan. Tragedi Chernobyl pada April 1986 di Ukraina menjadi pembelajaran tersendiri.

Bahkan Swedia sebagai konsumen PLTN terbesar ke-8 di dunia, rakyatnya - lewat referendum 1980 - menuntut pemerintahan menutup seluruh PLTN di sana pada 2010. Kenapa? Karena selama masih ada PLTN aktif, resiko kebocoran begitu besar sehingga membahayakan eksistensi seluruh bangsa.

Selain itu paska 50 tahun pemanfaatan energi nuklir toh belum juga ditemukan cara ampuh untuk mengolah limbahnya secara aman.

Oleh sebab lebih baik hentikan saja proyek pembangunan PLTN di Indonesia, dan mari mengembangkan teknologi energi alternatif yang murah, bersih dan aman. Seperti tenaga surya, angin, air, uap, panas bumi, langkah kaki, dsb yang disesuaikan dengan iklim dan konteks setempat.

Kecelakaan Nuklir di Dunia

26 April 1986: Musibah reaktor Chernobyl di Uni Sovyet (kini Rusia) membuat masyarakat dunia ketakutan untuk menerapkan teknologi nuklir. Lebih dari 6.000 orang tewas akibat langsung terpanggang radiasi reaktor No. 4 Chernobyl.

Efek radiasi ini bersifat ganda. Yaitu yang disebut somatik (langsung mencederai pada individu yang tidak terlindung) dan genetik (tidak langsung tampak pada anak keturunannya kelak). Dalam jangka panjang, efek radiasi merangsang munculnya kanker. PLTN adalah proyek vital tapi fatal, karena itu klarifikasi tentang kedua aspek di muka musti disampaikan kepada khalayak ramai.

1945-1963: Menurut para ilmuwan Soviet, sekitar 10.000 orang terkena radioaktif akibat uji coba nuklir di Semipalatinsk, Kazakhstan.

September 1957: Fasilitas pengolah sampah nuklir di Kytchym, dekat Sverdlovsk, Ural sebelah selatan meledak. Ledakan itu menewaskan lebih dari 100 orang dan 10.000 orang lainnya terpaksa diungsikan.

10 Oktober 1957: Salah satu pabrik yang memproduksi plutonium di Windscale, Inggris terbakar dan menyebarkan awan radioaktif ke atmosfer. Menurut laporan resmi, lusinan orang terkena kanker radioaktif dan meninggal dunia.

22 Januari 1968: Pesawat pembom milik AU AS, B-52 jatuh dekat Thule (Greendland) dan menyebarkan 400 gram Plutonium-239 yang ada dalam hulu ledak nuklir yang dibawanya.

Agustus 1969: Terjadi bencana serius di kompleks tenaga atom Jiuquan, Cina. Diberitakan sekitar 10 pekerja terkena radiasi.

Januari - Februari 1974, Oktober 1975: Paling tidak tiga orang tewas dalam kecelakaan di pabrik nuklir di St. Petersburg. Tidak diketahui berapa banyak material radioaktif yang lepas.

28 Maret 1979: Sebanyak 140.000 orang terpaksa diungsikan dari tempat tinggalnya, ketika terjadi kecelakaan nuklir di Pennsylvania.

Agustus 1979: Suatu tempat penyimpanan nuklir rahasia di dekat Erwin (Tennessee) bocor dan meracuni 1.000 orang.

Januari - Maret 1981: Empat radioaktif yang ada di pabrik nuklir Tsuruga (Jepang) bocor. Paling tidak 278 orang terkena radiasi.

26 April 1986: Reaktor empat di pabrik nuklir Ukraina meledak. Dikabarkan 200 orang terkontaminasi dan 32 orang di antaranya meninggal tiga bulan kemudian. Ratusan ribu orang lainnya terpaksa diungsikan.

April 1993: Terjadi ledakan di suatu pemrosesan ulang nuklir di Tomsk-7, Siberia Barat. Akibat ledakan tersebut, gas radioaktif tersebar ke mana-mana, tetapi tidak jelas berapa korbannya.

November 1995: Terjadi lagi kontaminasi serius di pabrik nuklir Chernobyl.

September 1999: The Japanese Science and Technology Agency (STA) mengumumkan bahwa telah terjadi reaksi rantai yang tidak terkendali di instalasi pembiakan uranium di Tokaimura, Jepang. Sehingga menyebabkan terjadi kebocoran radiasi sebesar 0.84 millisievert/ jam (kurang lebih 10,000 kali dari dosis normal tahunan). Kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu menyebabkan seorang korban tewas dan 39 orang yang lain terkena radiasi

Menurut perhitungan ekonomis, pembangkit tenaga nuklir setelah bekerja sekitar 25-30 tahun harus dibongkar, dan limbahnya harus disimpan dan ditimbun di tempat yang aman agar radiasinya tidak menimbulkan petaka.

Di dunia internasional sudah ada kesepakatan pelarangan industri nuklir, karena nuklir itu merupakan pembunuh massal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar